Sepertinya ini adalah blog pertama saya dalam Bahasa Indonesia setelah beberapa kali menerbitkan tulisan (blog) dengan menggunakan Bahasa Inggris, meskipun grammar / tata bahasanya masih JAUH dari sempurna #halah #abaikan.
Kali ini saya ingin membahas sesuatu yang serius. Tapi bahasanya mungkin juga tidak terlalu serius, #hehe xD. Pertama-tama, apakah kalian semua tahu tanggal 2 Mei itu dirayakan sebagai hari apa ? Jika kalian menjawab Hari Pendidikan Nasional, maka jawaban kalian BENAR !! Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei yang juga merupakan tanggal lahirnya Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hajar Dewantara.
Meskipun hari tersebut telah lewat #halah, tetapi ada sebuah refleksi / catatan penting mengenai kondisi pendidikan Indonesia saat ini yang hendak saya tulis di blog ini. Seperti yang kita ketahui, pendidikan tidak hanya melulu soal kecerdasan otak / intelegensi saja, tetapi juga meliputi beberapa hal, seperti pendidikan budi pekerti (karakter / kepribadian bangsa), pendidikan moral, pendidikan agama, dan masih banyak jenis-jenis pendidikan lainnya yang mohon maaf tidak bisa dituliskan satu-satu.
Pendidikan ada untuk mengasah kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Jika diibaratkan dengan mutiara, setiap orang memiliki "mutiara"-nya masing-masing. Namun, mutiara tersebut dapat dikatakan "terpendam" karena letaknya yang jauh dan sangat dalam sehingga sulit untuk ditemukan apalagi untuk dilihat dengan kasat mata. Bagaikan seorang penyelam yang harus menyelam hingga ke dasar laut untuk mencari mutiara tersebut, pendidikan memiliki peran dan tanggung jawab yang besar untuk menemukan mutiara terpendam (baca : potensi) yang dimiliki oleh orang tersebut. Apabila ditemukan, mutiara tersebut perlu diasah sehingga menghasilkan suatu benda yang bernilai ekonomis (daya jual) dan bernilai seni (artistik) tinggi. Sama halnya dengan kecerdasan yang perlu diasah secara terus-menerus menjadi sesuatu yang luar biasa dan berguna (bermanfaat) bagi banyak orang.
Berbicara tentang kondisi pendidikan di Indonesia, rasanya memang menarik untuk membicarakannya namun agak miris di hati. Bagaimana tidak, pendidikan di Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai persoalan. Beberapa persoalan yang dimaksud adalah kekacauan (kesemrawutan) yang terjadi saat ujian nasional berlangsung, kecurangan yang ditemukan pada pelaksanaan ujian nasional, kualitas pendidikan Indonesia yang masih jauh di bawah negara-negara lainnya, kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang bergerak di bidang pendidikan (guru), rendahnya tingkat kesejahteraan guru, sekolah rubuh, hingga isu tentang akan diubahnya
Hal yang membuat saya lebih miris lagi adalah masih terdapatnya diskriminasi (perbedaan perlakuan) dalam pendidikan kita. Sebagai contoh, ada seorang anak yang mungkin kemampuan ekonominya biasa-biasa saja (tingkat ekonominya menengah ke bawah) ingin menjadi murid di sebuah sekolah terkenal. Sekolah itu bisa dikatakan sekolah favorit / unggulan, memiliki banyak prestasi, dan siswa-siswinya dikategorikan sebagai anak dari keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke atas. Padahal, anak tersebut memiliki potensi yang besar untuk masuk ke sekolah tersebut. Namun karena beberapa faktor (faktor utamanya tentu saja adalah keuangan), pihak sekolah menolak anak tersebut untuk menjadi muridnya. Sangat ironis bukan ? Selain itu, masih ditemukannya jurang (gap) yang rentang / jaraknya lebar antara suatu provinsi dengan provinsi lainnya sehingga menimbulkan stigma yang jelas-jelas tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Stigma tersebut menyatakan bahwa sekolah di kota-kota besar akan menghasilkan siswa-siswi yang berkualitas daripada sekolah di daerah terpencil / desa. Padahal pemerintah seharusnya menyetarakan tingkat pendidikan mereka agar tidak dapat menciptakan jurang / gap yang besar di antara provinsi-provinsi tersebut.
Namun, saya tidak akan melulu membahas kondisi pendidikan Indonesia dari sisi negatifnya saja. Kali ini saya akan membahas pendidikan Indonesia dari sisi positifnya. Meskipun terkesan miris
Mengenai sisi positif dari pendidikan di Indonesia, hal ini setidaknya perlu menjadi motivasi bagi masyarakat kita untuk meningkatkan kemampuannya dan menjadi perhatian bagi media massa di Indonesia untuk mengabarkan tentang hal tersebut, dengan kata lain agar tetap berimbang dari segi pemberitaan mengenai kondisi pendidikan di Indonesia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa di satu sisi, pendidikan Indonesia memiliki berbagai masalah / persoalan yang penyelesaiannya tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun di sisi lainnya Indonesia masih menyimpan banyak potensi berharga yang perlu dikembangkan agar menjadi sesuatu yang luar biasa. Setiap orang dilahirkan cerdas
dan memiliki kecerdasannya masing-masing. Pendidikan memiliki tanggung jawab dan peran yang sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan tersebut. Tidak hanya itu, pendidikan juga berperan besar dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.
Salam,
Dinda A.R. Aprillia
0 comments:
Post a Comment