Saturday, May 04, 2013

Sebuah Renungan Tentang Pendidikan di Hari Pendidikan Nasional

Posted by Unknown at 18:36:00
Hallo !

Sepertinya ini adalah blog pertama saya dalam Bahasa Indonesia setelah beberapa kali menerbitkan tulisan (blog) dengan menggunakan Bahasa Inggris, meskipun grammar / tata bahasanya masih JAUH dari sempurna #halah #abaikan.

Kali ini saya ingin membahas sesuatu yang serius. Tapi bahasanya mungkin juga tidak terlalu serius, #hehe xD. Pertama-tama, apakah kalian semua tahu tanggal 2 Mei itu dirayakan sebagai hari apa ? Jika kalian menjawab Hari Pendidikan Nasional, maka jawaban kalian BENAR !! Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei yang juga merupakan tanggal lahirnya Bapak Pendidikan Nasional kita, Ki Hajar Dewantara.
 
Meskipun hari tersebut telah lewat #halah, tetapi ada sebuah refleksi / catatan penting mengenai kondisi pendidikan Indonesia saat ini yang hendak saya tulis di blog ini. Seperti yang kita ketahui, pendidikan tidak hanya melulu soal kecerdasan otak / intelegensi saja, tetapi juga meliputi beberapa hal, seperti pendidikan budi pekerti (karakter / kepribadian bangsa), pendidikan moral, pendidikan agama, dan masih banyak jenis-jenis pendidikan lainnya yang mohon maaf tidak bisa dituliskan satu-satu. *mungkin pendidikan jasmani dan kesehatan bisa dimasukkan di sini*. Sama halnya dengan kecerdasan yang tidak hanya mengutamakan kemampuan otak saja (IQ), melainkan juga emosi / mental (EQ) & spiritual (SQ). Tidak hanya itu, kecerdasan manusia ternyata memiliki "golongannya" sendiri. Ada 7 macam kecerdasan dalam diri manusia, yaitu kecerdasan linguistik (kecerdasan dalam bidang bahasa), kecerdasan logis-matematis (kecerdasan dalam ilmu eksakta / pasti ; hitung-hitungan yang tentunya melibatkan angka sebagai subjek utamanya), kecerdasan visual-spasial (kecerdasan dalam memahami / menafsirkan suatu bentuk secara visual, terutama bangunan 3 dimensi), kecerdasan musikal (kecerdasan dalam bidang musik, seperti mampu memainkan alat musik), kecerdasan kinestetik / kinetik (kecerdasan fisik atau jasmani seseorang, misalnya jago menari), kecerdasan antarpribadi (seringkali disebut sebagai kecerdasan sosial, kecerdasan ini erat kaitannya dengan kemampuan seseorang untuk beradaptasi / menyesuaikan diri ; bekerjasama dan hidup bersama dengan orang lain), kecerdasan intrapribadi (kecerdasan untuk memahami diri sendiri), dan kecerdasan natural (kecerdasan untuk mengetahui berbagai benda / objek alam di sekitarnya, misalnya tanaman dan binatang). Saya sangat percaya bahwa setiap anak dilahirkan pintar dan memiliki bakatnya sendiri-sendiri, tinggal bagaimana ia bisa memanfaatkan potensi / bakat yang terdapat dalam dirinya untuk menjadi sesuatu yang luar biasa dan bermanfaat bagi orang banyak. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu hal yang bisa melatih dan mengasah kemampuan / potensi kecerdasan yang dimiliki. Oleh sebab itu, pendidikan memang sangat diperlukan untuk mengasah potensi kecerdasan yang ada.

Pendidikan ada untuk mengasah kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Jika diibaratkan dengan mutiara, setiap orang memiliki "mutiara"-nya masing-masing. Namun, mutiara tersebut dapat dikatakan "terpendam" karena letaknya yang jauh dan sangat dalam sehingga sulit untuk ditemukan apalagi untuk dilihat dengan kasat mata. Bagaikan seorang penyelam yang harus menyelam hingga ke dasar laut untuk mencari mutiara tersebut, pendidikan memiliki peran dan tanggung jawab yang besar untuk menemukan mutiara terpendam (baca : potensi) yang dimiliki oleh orang tersebut. Apabila ditemukan, mutiara tersebut perlu diasah sehingga menghasilkan suatu benda yang bernilai ekonomis (daya jual) dan bernilai seni (artistik) tinggi. Sama halnya dengan kecerdasan yang perlu diasah secara terus-menerus menjadi sesuatu yang luar biasa dan berguna (bermanfaat) bagi banyak orang.

Berbicara tentang kondisi pendidikan di Indonesia, rasanya memang menarik untuk membicarakannya namun agak miris di hati. Bagaimana tidak, pendidikan di Indonesia saat ini tengah menghadapi berbagai persoalan. Beberapa persoalan yang dimaksud adalah kekacauan (kesemrawutan) yang terjadi saat ujian nasional berlangsung, kecurangan yang ditemukan pada pelaksanaan ujian nasional, kualitas pendidikan Indonesia yang masih jauh di bawah negara-negara lainnya, kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang bergerak di bidang pendidikan (guru), rendahnya tingkat kesejahteraan guru, sekolah rubuh, hingga isu tentang akan diubahnya sistem pendidikan kurikulum yang selama ini diterapkan oleh pemerintah Indonesia yang tengah merebak akhir-akhir ini. Tentu saja yang mengubahnya adalah pemerintah Indonesia itu sendiri, sehingga menimbulkan kontroversi dan pertentangan dari berbagai pihak.

Hal yang membuat saya lebih miris lagi adalah masih terdapatnya diskriminasi (perbedaan perlakuan) dalam pendidikan kita. Sebagai contoh, ada seorang anak yang mungkin kemampuan ekonominya biasa-biasa saja (tingkat ekonominya menengah ke bawah) ingin menjadi murid di sebuah sekolah terkenal. Sekolah itu bisa dikatakan sekolah favorit / unggulan, memiliki banyak prestasi, dan siswa-siswinya dikategorikan sebagai anak dari keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke atas. Padahal, anak tersebut memiliki potensi yang besar untuk masuk ke sekolah tersebut. Namun karena beberapa faktor (faktor utamanya tentu saja adalah keuangan), pihak sekolah menolak anak tersebut untuk menjadi muridnya. Sangat ironis bukan ? Selain itu, masih ditemukannya jurang (gap) yang rentang / jaraknya lebar antara suatu provinsi dengan provinsi lainnya sehingga menimbulkan stigma yang jelas-jelas tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Stigma tersebut menyatakan bahwa sekolah di kota-kota besar akan menghasilkan siswa-siswi yang berkualitas daripada sekolah di daerah terpencil / desa. Padahal  pemerintah seharusnya menyetarakan tingkat  pendidikan mereka agar tidak dapat menciptakan jurang / gap yang besar di antara provinsi-provinsi tersebut.

Namun, saya tidak akan melulu membahas kondisi pendidikan Indonesia dari sisi negatifnya saja. Kali ini saya akan membahas pendidikan Indonesia dari sisi positifnya. Meskipun terkesan miris *karena media di Indonesia umumnya cenderung mengabarkan tentang pendidikan Indonesia dari segi negatifnya saja*, tetapi setidaknya akan membuat kalian bangga. Pernahkah kalian mendengar kabar tentang beberapa anak Indonesia yang memenangkan olimpiade sains ? Atau orang Indonesia yang berada / mengenyam pendidikan di luar negeri dan membuat kontribusi positif terhadap negaranya sendiri ? Tentu saja mereka telah mengharumkan nama bangsa melalui kiprahnya masing-masing. Tanpa perlu ditanya bagaimanakan perasaan anda saat mendengar kabar tersebut, anda pasti bangga ketika mendengar kabar tersebut. Ya, bangga menjadi seorang Indonesia. Seorang yang berkebangsaan Indonesia. #nasionalisme. 

Mengenai sisi positif dari pendidikan di Indonesia, hal ini setidaknya perlu menjadi motivasi bagi masyarakat kita untuk meningkatkan kemampuannya dan menjadi perhatian bagi media massa di Indonesia untuk mengabarkan tentang hal tersebut, dengan kata lain agar tetap berimbang dari segi pemberitaan mengenai kondisi pendidikan di Indonesia.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa di satu sisi, pendidikan Indonesia memiliki berbagai masalah / persoalan yang penyelesaiannya tidak semudah membalikkan telapak tangan, namun di sisi lainnya Indonesia masih menyimpan banyak potensi berharga yang perlu dikembangkan agar menjadi sesuatu yang luar biasa. Setiap orang dilahirkan cerdas
dan memiliki kecerdasannya masing-masing. Pendidikan memiliki tanggung jawab dan peran yang sangat besar dalam mengembangkan kecerdasan tersebut. Tidak hanya itu, pendidikan juga berperan besar dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

Salam,
Dinda A.R. Aprillia

0 comments:

Post a Comment

 

S H E L T E R Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos