Apa yang
terlintas di benak Anda ketika mendengar kata “ujian” ? Sesuatu yang menguji
kemampuan ? Sesuatu yang wajib dilakukan untuk mendapatkan nilai ? Sesuatu yang
menjadi tolak ukur kemampuan kita ? Sesuatu yang erat kaitannya dengan hal-hal
yang berbau akademis (pendidikan) ? Jawaban-jawaban tersebut memang benar
adanya, tetapi yang saya ingin luruskan di sini, ujian bukan hanya berkaitan
dengan hal-hal yang berbau pelajaran / pendidikan saja. Tanpa kita sadari,
ujian telah menjadi bagian yang melekat dalam hidup kita (seperti amplop dan perangko saja ya pakai kata melekat). Dengan kata lain, ujian telah menjadi
bagian dari kehidupan kita, selain masalah. Menghadapi masalah dapat membuat
kita menjadi lebih dewasa, lebih terampil / pandai (karena masalah menuntut
kemampuan berpikir kita untuk memecahkannya / menyelesaikannya), dan lebih
berhati-hati di kemudian hari, terutama dalam bertindak. Sedangkan menghadapi ujian
dapat mengasah kemampuan mental kita dan menuntuk kesiapan kita untuk
menghadapinya, sehingga kita bisa lebih siap menghadapinya suatu saat nanti.
Saya percaya
bahwa Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya dengan ujian yang melebihi batas
kemampuan, yang ada hanya reaksi / tanggapan kita dalam menghadapinya. Ada yang
menanggapi secara berlebihan (barangkali temasuk saya), dan ada pula yang nrimo (menerima begitu saja) dalam menghadapinya.
Mereka yang menyikapinya secara berlebihan menganggap bahwa ujian tersebut
terkesan menyulitkan mereka, dan lebih ekstrimnya lagi mereka sampai harus
menyalahkan Tuhan akibat ujian yang diterimanya dengan alasan bahwa ujian
tersebut melebihi batas kemampuannya atau Tuhan sedang menghukum mereka.
Meskipun saya percaya akan adanya hukum karma (segala perbuatan kita akan
berbalik kepada kita sendiri ; yang baik akan diterima dan dibalas dengan baik
juga, sedangkan yang buruk akan dibalas dan diterima dengan buruk juga), tetapi
saya percaya bahwa Tuhan tidak memiliki maksud jahat dalam memberikan ujian
kepada para hamba-Nya, melainkan Tuhan memiliki MAKSUD yang BAIK, yaitu untuk membuat kita lebih
tegar / tabah dan kuat (siap) dalam menghadapi setiap episode kehidupan yang
ada, terutama masalah. Ibarat orang tua kita yang tidak ingin kita sebagai
anaknya celaka, maka orang tua perlu melindungi mereka dari hal-hal yang
berpotensi membahayakan anak tersebut. Tentu saja kita pernah merasa dimarahi
orang tua karena suatu hal, namun amarah orang tua kita memiliki maksud dan
tujuan yang baik, yaitu agar kita sebagai anaknya tidak celaka serta menjadi
lebih baik di kemudian hari.
Saya memang
tidak sempurna sebagai manusia, karena saya percaya bahwa kesempurnaan hanyalah
milik Tuhan semata. Terkadang saya juga merasa bahwa saya terlalu berlebihan
dalam menanggapi masalah yang ada. Namun tidak ada salahnya untuk introspeksi
diri, tidak hanya saya saja tetapi juga kalian yang sempat mampir membaca tulisan
ini, bagaimana reaksi saya maupun Anda dalam menghadapi masalah.
Regards,
Dinda A.R. Aprillia
0 comments:
Post a Comment